Jurnal Sekolah - Dari Sekolah ke Tingkat Kota
Sobat-sobat yang terhormat, pada kesempatan yang berbahagia
ini, perkenankan saya untuk berbagi pengalaman saya, dalam rangka menulis
jurnal pribadi saya, demi kemajuan dan kemakmuran kita bersama, dan untuk
mempererat tali silaturahmi antara sesama pemuda.. Loh loh loh.... Kok jadi
formal begini? Yoi sob, soalnya tau gak? Gua ( Manusia ceking setengah ganteng
) ini abis berpidato, dan gak tanggung-tanggung, gua abis pidato di Balai Kota
Bekasi! Mantep abis gak tuh? *bangga sendiri.
Jadi gini, cerita ini bermula saat pelajaran Biologi
berlangsung, pas hari Jumat lebih tepatnya. Gua dan seluruh temen sekelas gua
yang sedang asik dengerin celotehan Guru Biologi dikagetkan dengan ketukan
pintu, Tok Tok Tok,,, Begitulah bunyi ketukannya *gak penting banget. “Assalamualaikum”
Sebuah suara yang merdu terdengar dan disusul dengan sebuah kepala nongol dari
pintu kelas, oh ternyata Pak Dada (Nama Disamarkan), “Permisi Bu, pinjem
Faris-nya ya... Saya ada keperluan sebentar”. Nah loh, gua panik. Ngapain Pak
Dada (Guru Agama) manggil gua? Gua langsung mikir, dosa apa yang gua lakuin?
Perasaan gak ada dah, gua selalu sholat dan juga tak lupa mengaji.
Gua-pun langsung minta izin keluar kelas dan menghampiri Pak
Dada. “Ada apa Pak?” sambil gua tatap mukanya. Terlihat wajah wibawa Pak Dada
tersebut tampak panik, beliau langsung menyuruh gua ikut ke kantor guru.
Setengah di seret, gua dan Pak Dada beranjak ke ruang Guru. Gua panik,
apa-apaan nih? Kayaknya serius banget. Di ruang guru, gua dipersilahkan duduk.
“Kamu bisa Pidato kan?”
Sentak Pak Dada, gua kaget, gak siap dikasih pertanyaan tersebut gua Cuma bisa
jawab spontan “I..Iya pak” Beliau-pun mengelurkan sebuah map yang berisi
formulir lomba. “Bapak di beritahu sama rekan-rekan guru lain bahwa kamu Bagus
dalam Berpresentasi, dan bapak rasa kamu cocok buat ikut lomba pidato” Dipuji
gitu, ya seneng aja gua. Bener sih gua emang mempunyai reputasi yang lumayan
dalam berpresentasi di kelas, dan mungkin itu yang membuat guru-guru inget akan
gua, lalu gua tanya dalam rangka apa pak? Beliau-pun menjelaskan “Jadi begini,
ada lomba yang digelar oleh Pemerintah Perlindungan Anak di Kota Bekasi, dan
SMA kita menjadi SMA yang dipilih untuk mengirimkan peserta yang akan mewakili
Kecamatan, jadi kamu nantinya akan mewakili Kecamatan Pondok Gede untuk lomba
se-kota Bekasi yang dilaksanakan di Balai Kota!”
Mantap!! gua langsung semangat. Ini saatnya ajang pembuktian
gua bahwa suara gua tidak hanya bakal didengar oleh teman-teman sekelas, tetapi
bakal didengar teman-teman se-Kota! Langsung excited aja gua jadinya bayangan
bakal berpidato di tempat yang elit terngiang di fikiran gua. Kira-kira kapan
ya pak lomaba-nya dimulai? Tanya gua memastikan, dan jawaban yang Pak Dada
berikan selanjutnya langsung membuat semangat gua anjlok.
“Lombanya besok Pagi, jam setengah Delapan”
Dunia hening.
“Be..Besok Pak?”
Gua memastikan bahwa Pak Dada ini sedang
tidak gegar otak, “Iya besok nak, makanya bapak juga pusing, kok suratnya buat
sekolah kita baru datang sekarang!” Terkuaklah misteri kenapa Pak Dada dari
tadi panik, dan ternyata lombanya besok
pemirsa! Hebat, hebat banget... Gua Cuma dikasih waktu sehari buat latihan sama
bikin naskah pidato! Gua ikut panik, gua juga gak dikasih dispen lagi buat
bikin naskah, jadilah gua setelah diberi sedikit pengarahan langsung balik ke
kelas dan ikut pelajaran kembali. Jantung gua gak mau tenang seharian itu.
Jadilah waktu istirahat yang biasa gua pake untuk Istirahat *of course, kepake
buat ngetik kerangka naskah Pidato, setelah pulang sekolah gua-pun langsung
dipanggil kembali ke ruang guru, buat nyelesain naskah gua.
Yang bikin gua kesel adalah, karena guru Bahasa banyak
banget, so, setiap satu guru liat naskah gua, beliau-pun berceloteh memberi
masukan-masukan, kurang ini-lah kurang itulah yang berakhir gua harus bikin
ulang naskah asli gua. Pas naskah baru udah selesai, eh dateng guru Bahasa
lain, ninjau hasil naskah gua, dan dengan sukses doi kritik sana sini hasil
pekerjaan gua yang mengikuti nasehat guru Bahasa pertama, lalu gua harus buat
Nakah baru lagi *ARGHHH! Dan dengan sukses gua pulang jam 4 hari itu, dengan
mata berat kebanyakan ngeliatin komputer.
Malemnya-pun gua baru tidur jam sebelas, dari selesai gua tidur
sore, abis pulang sekolah gua langsung kembali melatih performance gua, gua
harus hapal dua lembar naskah pidato dalam satu malam, bukan deng, dalam Tiga
Jam. Sip gua bener-bener panik. Besok-nya gua berangkat ke sekolah gua udah
menetapkan bahwa gua gak sanggup dan mau ngundurin diri aja. Gua gak siap
karena persiapan gua yang minim. Sambil dengan agk memelas gua utarakan semua
keluh kesah gua kepada beliau, dan apa kata-kata dari beliau?
“Bapak milih kamu bukan karena kebetulan saja, tetapi karena Bapak dan Semua Guru tahu bahwa kamu bisa! Dan kamu murid yang cerdas! Menang kalah hal yang biasa, jangan dijadikan beban! Bapak cuma mau, kamu mendapakan pengalaman yang berharga ini yang mungkin kelak berguna buat masa depan kamu!”
Gua langsung terharu, seakan beban gua terlepas semua, hati
gua jadi ringan. Gua merasa bodoh “Kenapa gua takut? Gua ini bisa kok, gua
biasa pidato depan temen secara spontan, kenapa sekarang malah takut?” Teriak
hati kecil gua. Ternyata perkataan Pak Dada sangat berpengaruh.
“Kamu siap ikut lomba Pidato”
“Saya SIAP PAK!”
“Saya SIAP PAK!”
Berangkatlah gua dan Pak Dada ke balai kota. Sampai disana
gua lihat ada sepuluh remaja bermuka bapak-bapak, yang ternyata adalah lawan
gua buat lomba pidato, mereka semua nampak cerdas dan berjas, sementara gua
nampak imut dengan batik seadanya, heheheh. Tapi gua gak berkecil hati, gua
tetep pede dan ikut berbaur bersama mereka, setelah sedikit technikal meeting,
urutan tampil-pun ditentukan, dan gua mendapat nomor empat, lumayanlah posisi
yang strategis. Sambil menunggu giliran gua tampil, yang gua lakukan hanyalah
doa dan berdoa, semoga tuhan memberi kelancaran pada penampilan gua. Dan pada
saat nama gua dipanggil...
“Assalamualaiku Wr.Wb
Yang saya hormati Bapak Ibu....”
Yang saya hormati Bapak Ibu....”
Tuhan mengabulkan doa gua, dengan lancar uraian kalimat
demi kalimat meluncur dari mulut gua, penampilan gua berakhir dengan mulus dan
bagus dan disambut dengan aplause antusias. Gua hanya bisa tersenyum.
Setelah pulang dari lomba, gua merasa bangga, ini merupakan
pengalaman yang menarik buat gua. Berbicara di depan teman dengan Berbicara di
depan masyarakat itu beda banget rasanya, gua hanya tinggal menunggu pengumuman
lombanya akhir bulan ini, jadi gua minta tolong sobat agar ikut mendoakan agar
gua bisa menang ya.. Supaya gua bisa mengharumkan nama keluarga dan sekolah gua,
dan juga gua bisa membuktikan pada diri gua bahwa.. GUA BISA JADI JUARA!
See ya at the next journal!
F4ns Bett1ng, s1tus b0la 0nline terpercaya
BalasHapus