Senin, 04 November 2013

Jurnal Sekolah - Dari Sekolah ke Tingkat Kota


Sobat-sobat yang terhormat, pada kesempatan yang berbahagia ini, perkenankan saya untuk berbagi pengalaman saya, dalam rangka menulis jurnal pribadi saya, demi kemajuan dan kemakmuran kita bersama, dan untuk mempererat tali silaturahmi antara sesama pemuda.. Loh loh loh.... Kok jadi formal begini? Yoi sob, soalnya tau gak? Gua ( Manusia ceking setengah ganteng ) ini abis berpidato, dan gak tanggung-tanggung, gua abis pidato di Balai Kota Bekasi! Mantep abis gak tuh? *bangga sendiri.

Jadi gini, cerita ini bermula saat pelajaran Biologi berlangsung, pas hari Jumat lebih tepatnya. Gua dan seluruh temen sekelas gua yang sedang asik dengerin celotehan Guru Biologi dikagetkan dengan ketukan pintu, Tok Tok Tok,,, Begitulah bunyi ketukannya *gak penting banget. “Assalamualaikum” Sebuah suara yang merdu terdengar dan disusul dengan sebuah kepala nongol dari pintu kelas, oh ternyata Pak Dada (Nama Disamarkan), “Permisi Bu, pinjem Faris-nya ya... Saya ada keperluan sebentar”. Nah loh, gua panik. Ngapain Pak Dada (Guru Agama) manggil gua? Gua langsung mikir, dosa apa yang gua lakuin? Perasaan gak ada dah, gua selalu sholat dan juga tak lupa mengaji. 

Gua-pun langsung minta izin keluar kelas dan menghampiri Pak Dada. “Ada apa Pak?” sambil gua tatap mukanya. Terlihat wajah wibawa Pak Dada tersebut tampak panik, beliau langsung menyuruh gua ikut ke kantor guru. Setengah di seret, gua dan Pak Dada beranjak ke ruang Guru. Gua panik, apa-apaan nih? Kayaknya serius banget. Di ruang guru, gua dipersilahkan duduk.

“Kamu bisa Pidato kan?” 
Sentak Pak Dada, gua kaget,  gak siap dikasih pertanyaan tersebut gua Cuma bisa jawab spontan “I..Iya pak” Beliau-pun mengelurkan sebuah map yang berisi formulir lomba. “Bapak di beritahu sama rekan-rekan guru lain bahwa kamu Bagus dalam Berpresentasi, dan bapak rasa kamu cocok buat ikut lomba pidato” Dipuji gitu, ya seneng aja gua. Bener sih gua emang mempunyai reputasi yang lumayan dalam berpresentasi di kelas, dan mungkin itu yang membuat guru-guru inget akan gua, lalu gua tanya dalam rangka apa pak? Beliau-pun menjelaskan “Jadi begini, ada lomba yang digelar oleh Pemerintah Perlindungan Anak di Kota Bekasi, dan SMA kita menjadi SMA yang dipilih untuk mengirimkan peserta yang akan mewakili Kecamatan, jadi kamu nantinya akan mewakili Kecamatan Pondok Gede untuk lomba se-kota Bekasi yang dilaksanakan di Balai Kota!”

Mantap!! gua langsung semangat. Ini saatnya ajang pembuktian gua bahwa suara gua tidak hanya bakal didengar oleh teman-teman sekelas, tetapi bakal didengar teman-teman se-Kota! Langsung excited aja gua jadinya bayangan bakal berpidato di tempat yang elit terngiang di fikiran gua. Kira-kira kapan ya pak lomaba-nya dimulai? Tanya gua memastikan, dan jawaban yang Pak Dada berikan selanjutnya langsung membuat semangat gua anjlok.

“Lombanya besok Pagi, jam setengah Delapan”
Dunia hening.

“Be..Besok Pak?” 
Gua memastikan bahwa Pak Dada ini sedang tidak gegar otak, “Iya besok nak, makanya bapak juga pusing, kok suratnya buat sekolah kita baru datang sekarang!” Terkuaklah misteri kenapa Pak Dada dari tadi panik, dan ternyata lombanya besok pemirsa! Hebat, hebat banget... Gua Cuma dikasih waktu sehari buat latihan sama bikin naskah pidato! Gua ikut panik, gua juga gak dikasih dispen lagi buat bikin naskah, jadilah gua setelah diberi sedikit pengarahan langsung balik ke kelas dan ikut pelajaran kembali. Jantung gua gak mau tenang seharian itu. Jadilah waktu istirahat yang biasa gua pake untuk Istirahat *of course, kepake buat ngetik kerangka naskah Pidato, setelah pulang sekolah gua-pun langsung dipanggil kembali ke ruang guru, buat nyelesain naskah gua.

Yang bikin gua kesel adalah, karena guru Bahasa banyak banget, so, setiap satu guru liat naskah gua, beliau-pun berceloteh memberi masukan-masukan, kurang ini-lah kurang itulah yang berakhir gua harus bikin ulang naskah asli gua. Pas naskah baru udah selesai, eh dateng guru Bahasa lain, ninjau hasil naskah gua, dan dengan sukses doi kritik sana sini hasil pekerjaan gua yang mengikuti nasehat guru Bahasa pertama, lalu gua harus buat Nakah baru lagi *ARGHHH! Dan dengan sukses gua pulang jam 4 hari itu, dengan mata berat kebanyakan ngeliatin komputer.

Malemnya-pun gua baru tidur jam sebelas, dari selesai gua tidur sore, abis pulang sekolah gua langsung kembali melatih performance gua, gua harus hapal dua lembar naskah pidato dalam satu malam, bukan deng, dalam Tiga Jam. Sip gua bener-bener panik. Besok-nya gua berangkat ke sekolah gua udah menetapkan bahwa gua gak sanggup dan mau ngundurin diri aja. Gua gak siap karena persiapan gua yang minim. Sambil dengan agk memelas gua utarakan semua keluh kesah gua kepada beliau, dan apa kata-kata dari beliau?

“Bapak milih kamu bukan karena kebetulan saja, tetapi karena Bapak dan Semua Guru tahu bahwa kamu bisa! Dan kamu murid yang cerdas! Menang kalah hal yang biasa, jangan dijadikan beban! Bapak cuma mau, kamu mendapakan pengalaman yang berharga ini yang mungkin kelak berguna buat masa depan kamu!”

Gua langsung terharu, seakan beban gua terlepas semua, hati gua jadi ringan. Gua merasa bodoh “Kenapa gua takut? Gua ini bisa kok, gua biasa pidato depan temen secara spontan, kenapa sekarang malah takut?” Teriak hati kecil gua. Ternyata perkataan Pak Dada sangat berpengaruh.

“Kamu siap ikut lomba Pidato”
“Saya SIAP PAK!”

Berangkatlah gua dan Pak Dada ke balai kota. Sampai disana gua lihat ada sepuluh remaja bermuka bapak-bapak, yang ternyata adalah lawan gua buat lomba pidato, mereka semua nampak cerdas dan berjas, sementara gua nampak imut dengan batik seadanya, heheheh. Tapi gua gak berkecil hati, gua tetep pede dan ikut berbaur bersama mereka, setelah sedikit technikal meeting, urutan tampil-pun ditentukan, dan gua mendapat nomor empat, lumayanlah posisi yang strategis. Sambil menunggu giliran gua tampil, yang gua lakukan hanyalah doa dan berdoa, semoga tuhan memberi kelancaran pada penampilan gua. Dan pada saat nama gua dipanggil...

“Assalamualaiku Wr.Wb
Yang saya hormati Bapak Ibu....”

Tuhan mengabulkan doa gua, dengan lancar uraian kalimat demi kalimat meluncur dari mulut gua, penampilan gua berakhir dengan mulus dan bagus dan disambut dengan aplause antusias. Gua hanya bisa tersenyum.

Setelah pulang dari lomba, gua merasa bangga, ini merupakan pengalaman yang menarik buat gua. Berbicara di depan teman dengan Berbicara di depan masyarakat itu beda banget rasanya, gua hanya tinggal menunggu pengumuman lombanya akhir bulan ini, jadi gua minta tolong sobat agar ikut mendoakan agar gua bisa menang ya.. Supaya gua bisa mengharumkan nama keluarga dan sekolah gua, dan juga gua bisa membuktikan pada diri gua bahwa.. GUA BISA JADI JUARA!
See ya at the next journal!

1 komentar: